Inflasi merupakan faktor kekuatan eksternal yang harus dihadapi oleh manajer keuangan dengan sebaik mungkin. Hampir semua perusahaan kadang-kadang harus meminjam uang, dan tingkat inflasi menentukan biaya riil dari pinjaman. Suku Bunga riil diperoleh dengan cara mengurangkan inflasi dari suku bunga nominal. Ketika uang pinjaman dikembalikan di masa depan setelah inflasi terjadi, maka uang tersebut dilainya lebih rendah bagi pemberi pinjaman, dan tentu saja lebih murah bagi peminjam.
Tingkat inflasi yang tinggi akan mempersulit perencanan pengeluaran modal. Misalnya manajemen mungkin mengalokasikan AS $ 1 juta untuk sebuah pabrik, tetapi ternyata mengeluarkan dana lebih banyak untuk menyelesaikan pembangunannya karena pengaruh inflasi.
Tingkat inflasi mendorong dilakukannya pinjaman (utang) sebab pinjaman tersebut akan dibayar kembali dengan uang lebih rendah nilainya. Tetapi tingkat inflasi yang tinggi juga menimbulkan tingkat bunga tinggi sehingga mungkin menghambat pemberian pinjaman. Para pemberi pinjaman potensial mungkin khawatir bahwa walaupun dengan suku bunga yang tinggi, jumlah yang dibayarkan kembali ditambah bunganya akan lebih rendah nilainya dibandingkan dengan jumlah yang dipinjamkan. Sekalipun jika pemberi pinjaman dapat memperoleh suku bunga sebesar 25 %, tetapi jika tingkat inflasinya adalah sebesar 100%, maka pemberi pinjaman tersebut akan mengalami kerugian. Dibandingkan dengan meminjamkan, pemilik uang lebih memilih membeli sesuatu yang diharapkan akan meningkat nilainya sehingga justru mendorong inflasi.
Inflasi juga mempengaruhi bisnis internasional, dengan komplikasi bahwa tingkat inflasi berbeda di negara berbeda. Oleh karena itu manajemen perusahaan internasional harus mencoba utnuk memprediksi tingkat inflasi untuk setiap Negara di mana perusahaan itu berada. Tingkat inflasi komparatif ketika mata uang dari Negara dengan tingkat inflasi tinggi melemahkan mata uang dengan tingkat inflasi lebih rendah. Manajemen akan mencoba untuk meminimalkan kepemilikan atas mata uang yang lebih lemah.
Tingkat inflasi yang lebih tinggi akan mengakibatkan harga barang dan jasa yang dihasilkan atau ditawarkan oleh suatu Negara meningkat, dengan demikian barang dan jasa tersebut menjadi kurang kompetitif. Anak perusahaan yang ada di Negara tersebut akan kesulitan untuk menjual produknya secara ekspor. Kondisi demikian cenderung mengakibatkan neraca pembayaran menjadi defisit dan manajemen harus waspada terhadap perubahan dalam kebijakan pemerintah yang berusaha memperbaiki keadaan tersebut. Perubahan itu meliputi kebijakan fiskal atau moneter yang lebih ketat, pengendalian mata uang, insentif ekspor, dan rintangan untuk impor.
Tingkat inflasi relative mempengaruhi di mana perusahaan internasional meningkatkan dan melakukan investasi modal. Suku bunga cenderung akan lebih tinggi ketika inflasi tinggi, dan inflasi tinggi menghambat investasi bartu karena alasan yang telah dijelaskan sebelumnya.
0 komentar:
Posting Komentar